Topik
Ruang lingkup
Pendidikan Usia Pra-Sekolah
Judul
Dinamika dan
Minat Belajar Anak Pra-Sekolah di Sakai Morrisons
Pendahuluan
Anak
pada usia dini (0-8 tahun) memiliki kemampuan belajar yang luar biasa.
Khususnya pada masa kanak-kanak awal. Keinginan anak untuk belajar menjadikan
ia aktif dan eksploratif. Anak belajar dengan seluruh panca inderanya untuk
dapat memahami sesuatu, dan dalam waktu singkat ia akan beralih ke hal lain
untuk dipelajari. Lingkunganlah yang kadang menjadikan anak terhambat dalam
mengembangkan kemampuan belajarnya. Bahkan seringkali lingkungan mematikan
keinginannya untuk bereksplorasi. Didalam ruang lingkup usia dini, terdapat
tahap anak prasekolah.
Pendidikan
prasekolah merupakan pemberian pembelajaran kepada anak berusia 3-6 tahun
dengan cara mendidik anak menggunakan metode
belajar sambil bermain mengenai berbagai hal sesuai dengan usia dan
kemampuan perkembangan otaknya. Anak juga dilatih untuk mempersiapkan diri
memasuki jenjang pendidikan dasar. Selain itu, di masa kini semakin banyak
sekolah dasar yang menuntut calon muridnya sudah harus mampu membaca dan
menulis. Maka dari itu, dalam jenjang pendidikan prasekolah, anak diajarkan
untuk membaca dan menulis sehingga anak yang mendapatkan pendidikan prasekolah
lebih siap melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Dengan adanya
situasi yang seperti dijelaskan diatas, kami ingin mengamati bagaimana respon
dan minat yang ditunjukkan anak dengan mata pelajaran yang didapat disekolah.
Landasan Teori
Friedrich
Wilhelm Froebel (1782-1852) mendirikan kindergarten pertama pada tahun 1837,
dengan rancangan kurikulum yang telah terstruktur untuk anak dalam mencapai
pemahaman tentang lingkungan sekitarnya. Kurikulum yang dirancang Froebel
meliputi pekerjaan atau kegiatan seni, keahlian dan pembangunan. Semua kegiatan
yang dirancang dilakukan dalam bermain seperti bermain lilin, meronce,
menggunting dan melipat kertas, bernyanyi, permainan, bahasa dan aritmetika. Pendidikan
taman kanak-kanak perlu mengikuti sifat anak serta bermain merupakan suatu
metode dari pendidikan dan cara dari anak untuk meniru kehidupan orang dewasa
dengan wajar.
Froebel
mengatakan bahwa tahap ini merupakan masa permulaan pendidikan karena pada
tahap ini anak sudah mulai bisa mengucapkan kata benda. Namun demikian, kata pertama
yang diucapkan anak tersebut biasanya sedikit salah dan merupakan kewajiban orang
tua atau pendampingnya untuk memperbaiki perkataan tersebut dengan mengucapkan
kata yang disebutkan anak tersebut dengan benar. Selain pengucapan, Froebel
juga menekankan mengenai bermain dan menarik hubungan antara bermain dengan
pengalaman pendidikan. Menurut Froebel, bermain merupakan proses dimana perkembangan kepribadian sedang
terjadi. Oleh karena itu, ruang gerak anak tidak boleh dibatasi karena apabila
kegiatan seorang anak dibatasi maka itu sama dengan mengikat nalar anaknya
karena ia tidak bebas untuk menjelajahi lingkungannya. Masa kanak-kanak ini
berakhir apabila seorang anak sudah mempunyai pengalaman lahiriah dan menjadikannya
sebagai pengalaman batiniah.
Selain
itu, John Dewey juga meyakini bahwa anak harus diberikan kegiatan yang
bermanfaat sesuai tahap perkembangannya. Teori Dewey mengenai sekolah disebut
sebagai “progressivism” yang lebih menekankan pada anak didik dan minat anak
daripada mata pelajaran itu sendiri. Sehingga muncullah istilah “child-centered
curriculum” dan “child-centered schools”.
Menurut
John Dewey, sekolah adalah lembaga penyelenggara pendidikan yang mempunyai
maksud dan tujuan untuk membangkitkan sikap hidup demokratis dan untuk dikembangkan.
Hal ini harus dilakukan dengan berpangkal pada pengalaman –pengalaman anak.
Harus diakui bahwa tidak semua pengalaman bermanfaat, oleh karena itu sekolah
harus memberikan “bahan pelajaran” sebagai pengalaman-pengalaman yang
bermanfaat bagi masa depan anak sekaligus juga anak dapat mengalaminya sendiri.
Sehingga anak didik dapat menyelidiki, menyaring dan sebagai pengatur
pengalaman tadi.
Progresivisme mengenai konsep belajar
bertumpu pada anak didik. Disini anak didik dipandang sebagai makhluk yang
mempunyai kelebihan, dibandingkan makhluk lain, yaitu akal dan kecerdasan. Dan
dalam proses pendidikanlah peserta didik dibina untuk meningkatkan keduanya.
Menurut
progresivisme, proses pendidikan mempunyai dua segi, yaitu psikologis dan
sosiologis. Dari segi sosiologis, pendidik harus dapat mengetahui tenaga-tenaga
atau daya-daya yang ada pada anak didik yang akan dikembangkan. Psikologinya
seperti yang berpengaruh di Amerika, yaitu pikologi dari aliran behaviorisme dan
pragmatisme. Dari segi sosiologis, pendidik harus mengetahui ke mana
tenaga-tenaga itu harus dibimbing. John Dewey mengatakan bahwa tenaga-tenaga
pendidikan itu harus diabdikan pada kehidupan social, jadi mempunyai tujuan
sosial. Maka pendidikan adalah proses sosial dan sekolah adalah suatu lembaga
social.
Selain
Froebel dan Dewey, Montessori juga memiliki pemikiran yang banyak membawa
pengaruh di seluruh dunia sampai saat ini. Sama seperti Froebel, Montessori
memandang perkembangan anak usia dini sebagai suatu proses yang berkesinambungan.
Hanya saja Montessori lebih memandang bahwa persepsi anak terhadap dunia
sebagai dasar dari ilmu pengetahuan. Seluruh indra anak dilatih sehingga dapat
menemukan hal-hal yang bersifat ilmu pengetahuan.
Terdapat
kritik terhadap Montessori. Karena Montessori kurang menekankan pada
perkembangan bahasa dan social. Serta pada program Montessori yang tradisional,
kurang menekankan pada perkembangan kreatifitas, musik dan seni.
Tujuan
1.
Untuk
melihat kecenderungan minat anak pada beberapa pelajaran.
2.
Melihat
keaktifan anak dalam kelas.
3.
Untuk
melihat kesiapan anak pra-sekolah tersebut memasuki jenjang pendidikan formal.
4.
Melihat
korelasi antara minat anak dengan suasana kelas.
Alat dan Bahan
1.
Alat
tulis (kertas dan pulpen)
2.
Kamera
digital
3.
Handphone
4.
Laptop
5.
Reward
(pensil dan kue)
Subjek Observasi
11 orang murid
Sakai Morrisons kelas KG B (8 orang hadir)
Analisis Data
Metode yang kami gunakan dalam
menyelesaikan proyek pendidikan terhadap anak pra sekolah ini adalah sebagai
berikut :
1.
Metode
observasi
Pada
proyek ini kami mengobservasi (mengamati) anak pra sekolah didalam kelasnya
secara langsung. Kami melihat bagaimana keaktifan, respon dan interaksi
anak-anak tersebut dalam kelas. Observasi kami lakukan dengan merekam,
mengambil gambar, serta mencatat pengamatan kami secara tertulis.
2.
Metode
wawancara
Metode
wawancara kami lakukan dengan mengajukan pertanyaan singkat kepada anak-anak pra
sekolah secara langsung. Pertanyaannya adalah sebagai berikut :
Pelajaran apa yang paling diminati
antara bahasa Inggris, Matematika dan Drama?
Kemudian anak-anak menjawab secara
individual.
Kalkulasi Biaya
-
Reward
(Pensil Angry Bird) : Rp 30.000.00
-
Kue
(Brownies Amanda) : Rp 39.000.00
-
Transportasi :
Rp 20.000.00
Total : Rp 89.000.00
Jadwal Perencanaan
Kegiatan
|
Maret
|
April
|
Mei
|
Juni
|
|||||||||||||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
I
|
|||||||
Pemilihan Tema
|
|
|
|
√
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||
Penentuan Judul
|
|
|
|
√
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||
Diskusi Metode dan pelaksanaan
|
|
|
|
|
|
√
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||
Pembuatan Pendahulan dan Landasan Teori
|
|
|
|
|
|
√
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||
Pembelian Reward
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√
|
|
|
||||||
Permohonan Surat Izin dari Fakultas
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√
|
|
|
|
|
||||||
Konfirmasi Surat izin kepada kepala sekolah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√
|
|
|
|
||||||
Pelaksanaan Observasi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√
|
|
||||||
Diskusi untuk menganalisis data yang diperoleh
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√
|
|
||||||
Diskusi untuk membuat kesimpulan akhir
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√
|
|
||||||
Pembuatan Poster
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√
|
|
||||||
Evaluasi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√
|
|
||||||
Posting Blog
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√
|
||||||
Melaporkan hasil akhir kepada pihak Sakai
Morrisons
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√
|
|
||||||
Jadwal Pelaksanaan
No.
|
Kegiatan
|
Tanggal
|
Waktu
|
Tempat
|
1.
|
Diskusi pemilihan topik dan penentuan judul
|
30 Maret 2012
|
11.00 WIB
|
Kantin Fak. Psikologi
|
2.
|
Diskusi perencanaan kegiatan dan
penentuan metode yang digunakan
|
11 April 2012
|
11.30 WIB
|
Kantin Fak. Psikologi
|
3.
|
Diskusi pembuatan pendahuluan dan
landasan teori
|
11 April 2012
|
10.30 WIB
|
Kantin Fak. Psikologi
|
4.
|
Permohonan surat izin dari fakultas
|
4 Mei 2012
|
12.00 WIB
|
Ruang Akademik
|
5.
|
Suvei lokasi serta pengajuan surat
permohonan ke Sakai Morrisons
|
12 Mei 2012
|
12.00 WIB
|
Sakai Morrisons
|
6.
|
Pembelian reward
|
15 Mei 2012
|
16.00 WIB
|
Pajus
|
7.
|
Pelaksanaan observasi
|
23 Mei 2012
|
08.00 WIB
|
Sakai Morrisons
|
8.
|
Menyusun hasil akhir observasi
|
26 Mei 2012
|
11.00 WIB
|
Kos Jenet
|
9.
|
Pembuatan poster
|
28 Mei 2012
|
13.15 WIB
|
Kos jenet
|
10.
|
Evaluasi
|
29 Mei 2012
|
11.00 WIB
|
Kantin Fak. Kedokteran
|
11.
|
Posting blog
|
1 Juni 2012
|
13.00 WIB
|
Rumah masing-masing
|
12.
|
Melaporkan hasil akhir ke Sakai
Morrisons
|
4 Juni 2012
|
09.00 WIB
|
Sakai Morrisons
|
Evaluasi Jadwal
No.
|
Kegiatan
|
Tanggal Rencana Awal
|
Tanggal Pelaksanaan
|
Tempat
|
1.
|
Diskusi pemilihan topik dan penentuan
judul
|
30 Maret 2012
|
30 Maret 2012
|
Kantin Fak. Psikologi
|
2.
|
Diskusi perencanaan kegiatan dan
penentuan metode yang digunakan
|
11 April 2012
|
11 April 2012
|
Kantin Fak. Psikologi
|
3.
|
Diskusi pembuatan pendahuluan dan
landasan teori
|
11 April 2012
|
11 April 2012
|
Kantin Fak. Psikologi
|
4.
|
Permohonan surat izin dari fakultas
|
4 Mei 2012
|
4 Mei 2012
|
Ruang Akademik
|
5.
|
Suvei lokasi serta pengajuan surat
permohona ke Sakai Morrisons
|
12 Mei 2012
|
12 Mei 2012
|
Sakai Morrisons
|
6.
|
Pembelian reward
|
15 Mei 2012
|
15 Mei 2012
|
Pajus
|
7.
|
Pelaksanaan observasi
|
23 Mei 2012
|
23 Mei 2012
|
Sakai Morrisons
|
8.
|
Menyusun hasil akhir observasi
|
26 Mei 2012
|
26 Mei 2012
|
Kos Jenet
|
9.
|
Pembuatan poster
|
28 Mei 2012
|
28 Mei 2012
|
Kos jenet
|
10.
|
Evaluasi
|
29 Mei 2012
|
29 Mei 2012
|
Kantin Fak. Kedokteran
|
11.
|
Posting blog
|
29 Mei 2012
|
29 Mei 2012
|
Rumah masing-masing
|
12.
|
Melaporkan hasil akhir ke Sakai
Morrisons
|
4 Juni 2012
|
4 Juni 2012
|
Sakai Morrisons
|
Hasil Observasi
Dalam
observasi ini, memiliki sasaran awal 11 anak Sakai Morrisons. Namun hanya 8
anak yang hadir pada hari tersebut. 8 anak tersebut terdiri dari Danis, Dinesh,
Noel, Tito, Tavleen, Syifa, Fatih dan Rizqie.
Kami
yang mana sebagai peneliti, tiba di lokasi tepat pukul 09.00 WIB. Observasi
dimulai tepat ketika kami memasuki salah satu ruang kelas anak KG B. Kelas KG B
adalah kelas untuk anak yang sudah siap memasuki jenjang pendidikan dasar.
Sebelum
anak-anak memulai kelas mata pelajaran pertama, anak-anak mengikuti sesi Introduce
Time. Dalam sesi ini, anak-anak mengulang mata pelajaran yang dipelajari di
hari sebelumnya. Dikarenakan pada hari tersebut kami datang untuk
mengobservasi, anak-anak memperkenalkan dirinya. Ketika kami memasuki kelas,
anak-anak terlihat malu-malu dan cukup berisik. Dapat di maklumi karena anak
prasekolah yang akan memasuki jenjang pendidikan dasar, sudah mulai tertarik
ketika melihat lawan jenisnya.
Sekitar
pukul 09.15, mata pelajaran dimulai. Satu mata pelajaran berdurasi 45 menit. Pelajaran
pertama adalah English Language. Dalam mata pelajaran ini, anak terlihat sangat
bersemangat. Mereka mengerti apa yang akan dan harus mereka lakukan. Anak-anak
juga aktif menjawab pertanyaan yang di ajukan gurunya. Tidak hanya saat
penjelasan dari guru saja, anak juga sangat bersemangat saat di berikan lembar
kerja. Bukan hanya karena mereka mengerti dengan mata pelajarannya, tetapi juga
memang tertarik dengan mata pelajarannya.
Dinamika kelas juga baik. Namun, ada
beberapa anak yang kurang pay attention. Dari segi kemampuan, anak cukup baik
dalam mengeja kata. Mereka cukup mengerti dengan apa yang guru katakan. Saat di
berikan lembar kerja kedua, sebagian besar anak-anak protes namun tetap
mengerjakannya dengan tekun.
10
menit terakhir sebelum kelas bahasa Inggris usai, anak mulai tidak fokus.
Dengan tegas, guru mengajarkan disiplin agar anak fokus kembali. Guru
mengatakan, anak yang tidak disiplin adalah toddler. Anak langsung tertib
kembali karena tidak terima jika disebut sebagai toddler. Setelah suasana
kondusif kembali, guru mengajarkan cara membaca. Ada dua anak yang sedikit
kesulitan saat membaca, tetapi di bantu dengan baik oleh gurunya.
Sebagai
catatan, ada seorang anak yang saat teman-temannya yang lain di berikan tugas
bahasa Inggris, dia malah di berikan tugas matematika. Awalnya kami bingung.
Ternyata anak tersebut tidak melewati tahap KG A dan toddler. Jadi ia tidak
memiliki fondasi yang baik sebagaimana kemampuan yang seharusnya sudah dapat di
miliki anak ketika akan memasuki jenjang pendidikan dasar.
Kelas
mata pelajaran pertama usai, di lanjutkan dengan snack time. Anak membawa bekal
masing-masing dan terlihat saling makan dengan teratur dan santun. Anak tahu
tata karma saat sedang makan. Anak juga menunjukkan rasa saling berbagi dengan
temannya.
Setelah snack time, masuk ke sesi activity
time. Activity time adalah sesi dimana anak me-refresh otak yang sebelumnya
letih untuk belajar. Mereka melalui sesi ini dengan sangat bersemangat dan anak
terlihat aktif. Disini anak di berikan puzzle, kertas gambar dan buku bacaan
berbahasa Inggris. Cukup mengejutkan, ketika seorang anak ternyata dapat
membaca buku cerita berbahasa Inggris. Namun ada seorang anak yang hanya
mengumpulkan kartu yang mana ternyata mengakui bahwa ia belum dapat membaca.
Memasuki
kelas selanjutnya adalah kelas matematika. Kelas kali ini, anak terlihat tidak
terlalu berkonsentrasi. Tidak seperti di kelas pertama. Sehingga butuh waktu
yang lebhi lama untuk menarik perhatian mereka agar fokus pada mata pelajaran.
Meskipun perhatian anak telah fokus, responsifitas anak tidak sebaik di kelas
pertama. Suasana kelas lebih tenang, terlihat anak mulai bosan.
Kali
ini mereka mendapatkan pelajaran menghitu uang. Anak lebih banyak mengalami
hambatan. Meskipun begitu, konsentrasi anak sangat terpusat ketika mengerjakan
soal di papan tulisa dan lembar kerja.
Lanjut
kelas terakhir yaitu kelas drama. Semangat anak meningkat kembali. Mereka
sangat bersemangat dan menikmati peran sebagai super hero yang mereka lakoni.
Anak di latih untuk ekspresif sesuai alur cerita dan bereksperimen dengan
perannya. Memori anak juga sangat berperan disini, ketika sejumlah naskah di
berikan untuk di hafal.
Tepat
pukul 12.00 anak membereskan peralatannya kemudian berdoa bersama sebelum
pulang. Setelah berdoa, kami menanyakan per individu kelas apa yang paling
mereka suka. Sudah pasti anak lebih menyukai kelas drama yang mana lebih
mengarah kepada hal yang bernuansa bermain di bandingkan mata pelajaran seperti
bahasa Inggris dan matematika. Berkebalikan dari dugaan kami, ternyata anak
lebih menyukai kelas matematika dibandingkan kelas bahasa. Padahal, anak
terlihat lebih bersemangat di kelas bahasa. Dapat di simpulkan, anak merasa
lebih tertantang dengan kelas matematika di banding kelas bahasa. Sebelum
pulang, anak di berikan reward.
Kesimpulan
Dari
hasil – hasil observasi dan wawancara yang telah kami kumpulkan dari proyek
ini, dapat disimpulkan beberapa hal. Bahwa dari hasil observasi dinamika kelas
yang kami lihat, dapat disimpulkan bahwa anak – anak tersebut paling berminat
pada kelas drama. Hal tersebut karena anak – anak itu terlihat paling
bersemangat dan antusias pada kelas tersebut. Saat ditanyakan secara langsung
pun, anak – anak tersebut dengan serentak berkata bahwa mereka menyukai kelas
seni tersebut.
Pada
kelas Inggris anak – anak terlihat lebih antusias daripada kelas matematika.
Awalnya kami menyimpulkan minat mereka lebih pada inggris . tetapi setelah kami
lakukan wawancara langsung, ternyata mereka lebih banyak yang menggemari
matematika. Jadi kami menyimpulkan, antusiasme di kelas inggris dikarenakan
mereka masih segar karena kelas baru saja berlangsung, sedangkan pada kelas
matematika mereka mulai lelah, dan cenderung lebih diam karena berkonsentrasi.
Dan
melihat keseluruhan dinamika kelas, kami menyimpulkan bahwa metode pengajaran
yang dipakai pada Taman Kanak – kanak tersebut menggunakan teori yang
dikeluarkan oleh John Dewey, yaitu Teori yang disebut sebagai “progressivism”
yang lebih menekankan pada anak didik dan minat anak daripada mata pelajaran
itu sendiri. Sehingga muncullah istilah “child-centered curriculum” dan “child-centered
schools”. Dapat dilihat dari hasil
observasi , guru sebisa mungkin memberikan pelajaran yang berpusat pada anak
didiknya. Pelajaran yang diberikan tidak hanya disampaikan, tetapi juga
dipastikan bahwa setiap individu mengerti. Menurut John Dewey, sekolah adalah
lembaga penyelenggara pendidikan yang mempunyai maksud dan tujuan untuk
membangkitkan sikap hidup demokratis dan untuk dikembangkan. Hal ini harus
dilakukan dengan berpangkal pada pengalaman –pengalaman anak. Hal tersebut
terlihat pada dinamika kelas di TK sakai tersebut. Guru sebisa mungkin bertanya
kepada setiap anak bagaimana pendapat mereka tentang pelajaran yang
disampaikan, dan mendiskusikannya bersama, sehingga terbentuklah suasana yang
demokratis.
Pengaruh
teori Friedrich Wilhelm Froebel (1782-1852) juga kami lihat dalam dinamika
kelas TK tersebut. Dimana Friedrich merancang kurikulum yang meliputi pekerjaan
atau kegiatan seni, keahlian dan pembangunan. Semua kegiatan yang dirancang
dilakukan dalam bermain. Dia mengatakan bahwa pendidikan taman kanak-kanak
perlu mengikuti sifat anak serta bermain merupakan suatu metode dari pendidikan
dan cara dari anak untuk meniru kehidupan orang dewasa dengan wajar. Menurut
Froebel, bermain merupakan proses dimana perkembangan kepribadian sedang
terjadi. Pendapat Froebel ini terlihat pada dinamika kelas tersebut, dimana ada
waktu – waktu tertentu anak diberikan waktu untuk belajar dan mengeksplorasi
dunia mereka. Pada pelajaran kesenian pun, pada waktu itu drama, anak – anak
dibiarkan mengeksplorasi peran mereka. Disitu anak – anak meniru bagaimana
perilaku orang dewasa lewat bermain peran mereka.
Testimonial
Dina
Maharani Trg.
Ini
merupakan pengalaman saya melakukan observasi secara langsung kepada anak TK.
Merupakan pengalaman yang sangat mahal dan sangat berkesan. Dapat mengamati
kegiatan anak secara langsung dan hal-hal alamiah yang biasa terjadi saat anak
berusia akan memasuki jenjang pendidikan dasar. Ketika mengamati anak-anak
tersebut, tidak dapat di pungkiri bahwa saya membandingkan dengan diri saya
sendiri ketika berada di umur yang sama seperti mereka. Apa yang saya lakukan,
apa yang tidak saya lakukan. Apa yang saya dapatkan, dan apa yang saya tidak
dapatkan ketika duduk di bangku TK.
Melihat
tingkah anak yang apa adanya, menjadikan saya seperti terbawa suasana mengikuti
alur pemikiran mereka yang polos dan tulus. Sungguh pengalaman yang sangat
berharga J
Rossie
Janette G. G
Proyek
ini merupakan pengalaman pertama bagi saya untuk terjun langsung ke lapangan
dan melakukan observasi langsung kepada anak – anak TK. Pengalaman ini sangat
berharga dan menjadi kenangan yang amat berkesan bagi saya. Anak – anak yang
kami amati merupakan anak – anak yang aktif dan responsive, tetapi mereka sudah
sangat teratur dan memiliki batasan yang disiplin. Sangat menarik melihat
mereka belajar sambil bermain, dan mengamati tingkah mereka yang lucu. Semangat
mereka untuk menerima pelajaran menyentuh hati saya, dan membuat saya
mengintropeksi diri saya sendiri, bagaimana dengan semangat saya sendiri saat
menerima pelajaran. Dan saya sangat setuju bila dikatakan, jenjang TK B ini
merupakan jenjang persiapan seorang anak untuk masuk ke jenjang sekolah dasar.
Karena saya melihat pelajaran yang
diberikan memang bertujuan untuk memberikan mereka bekal untuk masuk SD. Bukan
saja bekal pengetahuan tetapi bekal psikologis dan cara – cara bersikap.
Dhara
Puspita Hrp.
Melakukan
tugas proyek mini merupakan pengalaman paling menyenangkan dan sangat berharga,
terutama ketika dapat melakukan observasi secara langsung dengan anak – anak
TK. Dengan adanya proyek mini ini juga, saya dapat secara langsung melihat cara
belajar anak dan ketika anak mulai bosan dengan pelajaran yang diajarkan oleh
guru, guru berusaha untuk menjadikan anak – anak tersebut kembali bersemangat
dalam mengikuti pelajaran berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar